ANATOMI KURIKULUM

ANATOMI KURIKULUM

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum

Dosen Pengampu: Dr. H. Miftahul Huda, M. Ag

 









Disusun Oleh :

Khittoh Zamzami                                13150064
            Niabatul Ulya Mufidah                       13150136
Baitul Izzah                                         13150158
Jamudin                                               13150159
Abdullah Syahid Royyan                   131501



JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
Maret, 2015




KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami  kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan Makalah Pengembangan Kurikulum yang berjudul “Anatomi Kurikulum” dapat selesai seperti waktunya. Makalah ini kami susun untuk melengkapi salah satu tugas Pengembangan Kurikulum, sesuai dengan materi yang telah diberikan oleh Bapak Dr. H. Miftahul Huda, M. Ag sebagai dosen pengajar.

Dengan adanya makalah Anatomi Kurikulum ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses belajar, penentuan proses, metode dan strategi pembelajaran, serta evaluasi kurikulum. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan para pembacanya. Mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini.

           



Malang, 31 Maret 2015



                                                                                                     Penulis 










BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dalam undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 BAB I Pasal 1 ayat 1 bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia sera keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai tindakan, belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku.
Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melalui pengolahan informasi , menjadi kapabilitas guru.

B.     Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah dibawah ini:
1.      Apa yang dimaksud proses belajar?
2.      Apakah pengertian model, prinsip, dan strategi pembelajaran?
3.      Apakah yang dimaksud evaluasi kurikulum?









BAB II
PEMBAHASAN


1.      Definisi Proses Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamnnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (slameto, 2003:2). Dengan demikian seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman me;a;ui interaksi dengan lingkungan (Hamdani, 2011: 5).
Adapun makna dari proses belajar yaitu dimensi cara menguasai pengetahuan dan cara menghubungkan pengetahuan baru dengan strukturide yang telah ada. Pada dimensi pertama dibedakan tipe belajar yang bersifat mencari kedua adalah dibedakan antara belajar yang bersifat mencari (Discovery Learning) yang bersifat menerima (Reception Leraning). Pada dimensi kedua bermakna (Meaningfull Learning). Pada dimensi kedua adalah dibedakan antara belajar yang bersifat menghafal (Rote Learning) dan belajar bermakna (Meaningfull Learning). Dalam belajar menerima keseluruhan bhan pelajaran disajikan kepada si pelajar dalam bentuk yang sudah sempurna. Si pelajar tinggal menerima saja tanpa mengadakan usaha-usaha pengolahan, atau pemrosesan lebih lanjut.
Dengan rumusan lain yang dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu porses yang mengakibatkan beberapa perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku seseorang. Ahli belajar modern mengemukakan dan meluruskan perbuatan belajar sebagai berikut: “Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan”. 24 Tingkah laku yang baru itu misalnya dengan tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian baru, perubahan dalam sikap, kebiasaan-kebiasaan, ketrampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial, emosional dan pertumbuhan jasmaniah. Perumusan perbuatan belajar yang terakhir ini tidak memisahkan antara perubahan-perubahan jasmaniah dan rohaniah. Sebab keduanya aspek itu saling melengkapi dan bertalian satu sama lain, keduanya merupakan aspek-aspek yang bersifat komplementer. Para ahli dalam bidang belajar pada umumnya sependapat bahwa belajar itu adalah bersifat kompleks, karena merupakan suatau proses yang dipengaruhi dan dikatakan oleh banyak faktor dan meliputi berbagai aspek, baik yang bersumber dari dalam diri maupun yang bersumber dari luar dari manusia.



2.      Pengertian Model, Prinsip, dan  Strategi pembelajaran
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada umum. Roy Kellen (1998) mencatat bahwa terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada siswa dan pendekatan yang berpusat pada guru. Pendekatan yang berpusat kepada guru, menurunkan strategi pembelajaran langsung. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, menurunkan strategi pembelajaran induktif.
   Sedangkan model-model pembelajaran sendiri biasanya disusun berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, dan teori-teori lain yang mendukung (Joyce & Weil: 1980).
2.1.Adapun Prinsip belajar dalam pembelajaran adalah:

a.      Perhatian
Dalam sebuah proses pembelajaran, di sini perhatian sangatlah berperan penting sebagai awalan dalam memicu kegiatan belajar. Sementara motivasi memiliki keterkaitan dengan minat siswa, sehingga mereka yang mempunyai minat tinggi terhadap mata pelajaran tertentu juga bisa menimbulkan motivasi yang lebih tinggi lagi dalam belajar.

b.      Motivasi
Dalam sebuah proses pembelajaran, di sini perhatian sangatlah berperan penting sebagai awalan dalam memicu kegiatan belajar. Sementara motivasi memiliki keterkaitan dengan minat siswa, sehingga mereka yang mempunyai minat tinggi terhadap mata pelajaran tertentu juga bisa menimbulkan motivasi yang lebih tinggi lagi dalam belajar.

c.       Keaktifan Siswa
Pada hakikatnya belajar itu merupakan proses aktif yang mana seseorang melakukan kegiatan untuk mengubah perilaku dan pemikiran menjadi lebih baik.

d.      Mengalami sendiri
Jadi prinsip ini erat kaitannya dengan prinsip aktivitas di mana masing-masing individu haruslah terlibat langsung untuk merasakan atau mengalaminya. Adapun sebenarnya di setiap kegiatan pembelajaran itu haruslah melibatkan diri kita secara langsung.

e.       Pengulangan Materi pelajaran yang menantang
Prinsip pengulangan di sini memang sangatlah penting yang mana teori yang bisa kita jadikan petunjuk dapat kita cermati dari dalil yang di kemukakan Edward L Thorndike mengenai law of learning.

f.       Perbedaan individual
Proses belajar masing-masing individu memang tidaklah sama baik secara fisik maupun psikis. Untuk itulah di dalam proses pembelajaran mengandung penerapan bahwa masing-masing siswa haruslah dibantu agar lebih memahami kelemahan serta kekuatan yang ada pada dirinya dan kemudian bisa mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing.


2.3. Strategi Pembelajaran
Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan kurikulum. Komponen ini memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertetu. Ada dua hal yang perlu dicermati dari pengertian di atats. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya di arahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh karena itu, sebelum menentukan setrategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi (Sholeh Hidayat, 2013:65).
Keem (1995) menjelaskan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Menurut T. rakjoni (1979) strategi pembelajaran sebagi pola dan urutan umum perbuatan guru dan siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari beberapa pengertian di atas ada dua hal yang perlu dicermati, yaitu:
1.   Strategi pembelajaran merupakan rangakaian kegiatan termasuk penggunaan metode  dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran.
2.   Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode juga digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dalam satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode, oleh karena itu strategi berbeda dengan metode.
Yang sering dipersoalkan dalam masalah lain adalah pendekatan (approach) pengertian pendekatan dapata diartikan sebagi titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran.
Menurut Roy Killer (1998) ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru dan pendekatan yang berpusat pada siswa. Rowntree juga membagi dua strategi pembelajaran, yaitu 1; strategi expositori dan strategi discovery learning, 2; strategi groups dan individual learning. Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pembelajaran secaraoptimal. Misalnya, ceramah diselingi tanya jawab.
Strategi pembelajaran diskoversi (penemuan) adalah strategi pembelajaran yang mengatur pembelajaran sedemiian rupa sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang sebelumnya tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Strategi pembelajaran discoveri berangkat dari suatu pandangan bahwa siswa sebagai objek dismaping sebagai objek pembelajaran. Mereka memilii kemampuan untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Strategi pembelajaran dicoveri dapat diartikan juga sebagai proses mental tersebut, seperti mengamati, menggolongkan, membuat hipotesis, menjelaskan mengukur, mebuat simpulan dan sebagainya. Dalam strategi pembelajaran ini siswa dibiarkan menemukan sendiri, sedangkan guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Ada tiga ciri yang paling utama belajar menemukan yaitu: 1, mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan mennerelisasi pengetahuan; 2, berpusat pada siswa; 3, kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada (Sholeh Hidayat, 2013:66).
Strategi pembelajaran individual dilakukan oleh siswa secara mandiri meliputu: kecepatan, kelambatan dan keberhasilan pembelajaran siswa yang bersngkutan. Bahan dan bagaimana mempelajarinya sudah didesain untuk belajar sendiri. Contohnya adalah belajar melalui modul, atau belajar melalui kaset audio. Berbeda dengan strategi pelajaran individual, belajar kelompok di lakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang guru atau beberapa guru. Bentuk belajar kelompok ini bisa dalam  pembelajaran kelompok besar atau pembeljaran klasikal; atau bisa juga siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil semacam buzz group. Strategi belajar kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individual, setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok itu dapat terjadi pada siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan biasa-biasa saja. Sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan kurang akan merasa tersisihkan oleh siswa yang mempunyai kemampuan tinggi.
Adapun strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan bagaimana kurukulum itu dilaksanakan di sekolah dan di madrasah. Kurikulum merupakan rencana, ide, harapan, yang harus diwujudkan secara nyata di sekolah dan madrasah, sehingga mampu mengantarkan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum yang kurang baik tidak akan mencapai hasil yang optimal, jika pelaksanaannya menghasilkan sesuatu yang baik bagi peserta didik. Komponen strategi plaksanaan kurikulum meliputi pedoman pembelajaran, penilaian, bimbngan dan konseling serta pengaturan dan pngolaan kegiatan sekolah (Sholeh Hidayat, 2013:67).

3.      Evaluasi Kurikulum
Menurut Guba dan Lincoln bahwa Evaluasi dinyatakan sebagai suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai-nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan. Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa orang, benda, kegiatan, keadaaan atau sesuatu kesatuan tertentu. Evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk menentukan nilai atau efektivitas suatu kegiatan dalam membuat keputusan tentang program kurikulum. Evaluasi sistem kurikulum berkaitan dengan manajemen kurikulum yang dimulai dari tahap  input evaluationprocess evaluation, output evaluation dan outcomes evaluation. Bertujuan untuk mengukur tercapainya tujuan dan mengetahui hambatan-hambatan dalam pencapaian tujuan kurikulum, mengukur dan membandingkan keberhasilan kurikulum serta mengetahui potensi keberhasilannya, memonitor dan mengawasi pelaksanaan program, mengidentifikasi masalah yang timbul, menentukan kegunaan kurikulum, keuntungan, dan kemungkinan pengembangan lebih lanjut, mengukur dampak kurikulum bagi kinerja TKPD (Bushnell dalam Harris dan Desimone: 1994). Evaluasi merupakan kebutuhan dan mutlak diperlukan dalam suatu sistem kurikulum, karena berkaitan langsung dengan setiap komponen dalam sistem instruksional, dalam seluruh tahapan desain, dan pengembangan kurikulum. Asumsi dasar yang digunakan dalam evaluasi kurikulum dapat berupa spesifik yang ditujukan kepada pengukuran potensi dan kinerja manusia dalam hal ini tenaga kependidikan.
Pada dasarnya proses evaluasi kurikulum ditunjukan untuk mengevaluasi sejauhmana program-program pembelajaran yang mencakup intrakurikuler, ekstrakurikuler dan ko-kurikuler telah terealisasikan dalam pembelajaran yang dikembangkan guru atau belum. Lebih jauh bahwa output yang dihasilkan dari realisasi program kurikulum dalam bentuk pembelajaran tersebut harus menggambarkan tujuan-tujuan semula yang dirumuskan dalam kurikulum.
   Menurut S.Hamid hasan (2008:32), evaluasi kurikulum dan evaluasi pendidkan memiliki karakteristik yang tak terpisahkan. Karakteristik itu adalah lahirnya berbagai definisi untuk suatu istilah teknis yang sama. Rumusan evaluasi menurut Gronlund adalah sutau proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis dan interpretasi informasi atau data untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Tyler (1949) evaluasi berfokus pada upaya untuk menentukan evaluasi adalah pemeriksaan secara terus-menerus untuk mendapatkan informasi yang meliputi siwa, guru, program pendidikan dan proses belajar mengajaruntuk mengetahui tingkat perubahan siswa dan ketepatan keputusan tentang gambaran siswa dan efektvitas program.
   Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen, yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan, organisasi, kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evalusi, tidak akan diketahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan, serta hasilnya.
            Proses kurikulum berlangsung secara berkesinambungan dan merupakan keterpaduan dari semua dimensi pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidkan yang telah ditetapkan. Proses tersebut berlangsung secara bertahap dan berjenjang. Biasanya suatu kurikulum yang akan dilaksanakan/diimplementasikan terlebih dulu diuji cobakan dalam lingkungan terbatas  (pilot study), sebelum akhirnya diputuskan untuk didesiminasikan e semua lembaga penddikan. Berbagai upaya perlu dilakukan selama fase pengembangan kurikulum dilakukan, termasuk ke dalamnya adalah evaluasi dan revisi. Evaluasi yang signifikan dan berkelanjutan sangat diperlukan untuk mendukung terwujudnya suatu pengembangan kurikulum secara efektif dan bermakna. Dari hasil-hasil evaluasi inilah pihak pengembang dapat melakukan revisi dan penyesuaian sebelum kurikulum tersebut disebarluaskan.
3.1.Tujuan Evaluasi Kurkulum
            Evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan direvisi atau diganti. Sementara itu, penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari evaluasi, yaitu mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan data untuk menguji teori atau membuat teori baru. Evaluasi kurikulum sangat penting dilakukan karena evaluasi kurikulum dapat menyajikan informasi mengenai kesesuaian, efektivitas, da efisiensi kurikulum tersebut terhadap tujuan yang ingin dicapai, dan penggunaan sumber daya, yang mana informasi ini sangat berguna sebagai bahan pembuat keputusan apakah kurikulum tersebut masih dijalankan, tetapi perlu revisi atau kurikulum tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru. Evaluasi kurikulum juga penting dilakukan dalam rangka penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi, dan kebutuhan pasar yang berubah (Rusman, 2009:190).
            Evaluasi kurikulum dapat menyajikan bahan informasi mengenai area-area kelemahan kurikulum sehingga dari hasil evaluasi dapat dilakukan proses perbaikan menuju yang lebih baik. Evaluasi ini dikenal dengan evaluasi formatif. Evaluasi ini biasanya dilakuakn waktu proses belajar. Evaluasi kurikulum juga dapat menilai kebaikan kurikulum apakah kurikulum tersebut masih tetap dilaksanakan atau tidak, yang dikenal ev]aluasi sumatif (Rusman, 2009:119).
            Seperti yang dinyatakan oleh Scriven (1967: 42), evaluasi sumatif memfokuskan pada hasil program secara keseluruhan. Ini bias berasal dari sekoah atau dari sumber luar sekolah. Ada dua pendekatan system yang digunakan dalam evaluasi sumatif, yaitu sistem tertutup dan sistem penerobosan. Pada evaluasi sumatif system tertutup, evaluasi berasal dari sekolah atau system sekolah. Program yang dikembangkan bergantung pada prosedur yang ditentkan untuk seluruh wilayah sekolah dan kemungkinan merefleksikan meta-orientasi tertentu. Implementasi diarahkan dengan rencana implementasi dan program yang sedang digunakan di sekolah. Prosedur kurikulum yang sebelumnya menjadi evaluasi program yang sedang digunakan di sekolah. Prosedur kurikulum sebelumnya menjadi menjadi evaluasi program selanjutnya setelah periode waktu tertentu. Hal ini sering kali melibatkan siklus proses review dimana semua program dipelajari dalam sebuah landasan yang teratur. Evaluasi kurikulum sumatif dirancang untuk berhasil, berdasarkan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya dan ditetapkan melalui kebijakan system sekolah.
            Evaluasi sumatif juga bisa dipercepat karena pengembangan di luar sekolah atau system sekolah; kita menyebutnya sitem terobosan. Contoh program yang dikatakan menjadi lebih efektif diperkenalkan atau tekanan masyarakat untuk mengubah program, mungkin menjadi jelas terlihat melalui permintaan keompok orang tua terhadap dewan sekolah. Dalam system terobosan, tujuan evaluasi urikulum adalah untuk mengadakan perbandingan. Program yang ada dibandingkan dengan seperangkat tujuan baru yang didukung oleh kelompok orang tua, atau program yang ada diperbandingkan dengan program lan yang dipertimbangkan untuk pengadopsian di sekolah. Ketika beberapa perbandingan diadakan, kebutuhan untuk menspesifikasikan dasar perbandingan merupakan hal yang terpenting.
Pada dasarnya proses evaluasi kurikulum ditunjukan untuk mengevaluasi sejauhmana program-program pembelajaran yang mencakup intrakurikuler, ekstrakurikuler dan ko-kurikuler telah terealisasikan dalam pembelajaran yang dikembangkan guru atau belum. Lebih jauh bahwa output yang dihasilkan dari realisasi program kurikulum dalam bentuk pembelajaran tersebut harus menggambarkan tujuan-tujuan semula yang dirumuskan dalam kurikulum.










BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

·         Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamnnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (slameto, 2003:2). Dengan demikian seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada dirinya akibat adanya latihan dan pengalaman me;a;ui interaksi dengan lingkungan (Hamdani, 2011: 5).
·         Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan kurikulum. Komponen ini memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertetu.
·         Evaluasi sistem kurikulum berkaitan dengan manajemen kurikulum yang dimulai dari tahap  input evaluationprocess evaluation, output evaluation dan outcomes evaluation. Bertujuan untuk mengukur tercapainya tujuan dan mengetahui hambatan-hambatan dalam pencapaian tujuan kurikulum.
·         Evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan direvisi atau diganti. Sementara itu, penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari evaluasi, yaitu mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan data untuk menguji teori atau membuat teori baru.












DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Sholeh. Pengembangan Kurikulum Baru. 2013. PT Remaja Rosdakarya: Bandung
Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. 2011. Pustaka Setia: Bandung
Narsono, Reksoatmodjo, Tedjo. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. 2010. PT Refika Aditama: Bandung
Rusman. Model-Model Pembelajaran. 2012. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta
Syaodih, Sukmadinata, Nana. Pengembangan Kurikulum dan Teori Praktek. 2014. PT Remaja Rosdakarya: Bandung






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tokoh Kaligrafi KH. M. Faiz Abdul Razaq

Biografi KH. M. Faiz. Abdur Rozaq, Lc

sejarah pondok pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon pondok tertua