sejarah pondok pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon pondok tertua
Pondok Pesantren Babakan
Ciwaringin, Cirebon (1702.M)
Nama : Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin
Pendiri : KH.Hasanudin (Kyai.Jatira)
Tahun : 1702.M
Pendiri : KH.Hasanudin (Kyai.Jatira)
Tahun : 1702.M
Pondok
Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon didirikan sekitar tahun 1127 H/ 1705 M.
oleh Kyai Jatira. Kyai Jatira adalah gelar dari KH. Hasanuddin putra KH. Abdul
Latief dari desa Mijahan Plumbon Cirebon. Beliau merupakan bagian dari Keraton
Cirebon.
KH. Hasanuddin
adalah seorang pejuang agama yang sangat dekat dengan masyarakat miskin. Desa
yang kering dengan lahan pertanian yang kurang subur menjadikan dirinya berpacu
mengembangkan pondoknya sebagai tempat peristirahatan yang jauh dari keramaian
terutama dari pengaruh kekuasaan dan penjajah belanda. Maka dirintislah sebuah
pesantren sederhana yang diberi nama Pesantren Babakan.
Stagnasi
kepemimpinan dalam pesantren terjadi ketika Kyai Jatira meninggal dunia,
langkah kaderisasi di Pesantren Babakan mengakibatkan terputusnya kegiatan
pesantren sampai sarana fisikpun tidak berbekas. Sampai kemudian KH. Nawawi
menantu dari Kyai Jatira membangun kembali Pondok Pesantren Babakan yang
letaknya satu kilometer kearah selatan dari tempat semula.
Dalam mengasuh
pesantren beliau dibantu oleh KH. Adzro’i. Setelah itu pesantren dipegang oleh
KH. Ismail putra KH. Adzro’i tahun 1225 H/1800 M.mulai tahun 1916 M pesantren
diasuh oleh KH. Amien Sepuh bin KH. Irsyad, yang masih merupakan Ahlul Bait
dari garis keturunan Sunan Gunung Jati.
K.H. AMIN SEPUH
(Babakan Ciwaringin Cirebon)
Kiyai Amin
Sepuh pernah nyantri di Pesantren Bangkalan Madura, yang saat itu diasuh oleh
Kiyai Kholil, Kiyai yang terkenal kewara’annya. Ketika nyantri disana, Kiyai
Amin Sepuh diasuh oleh Kiyai Hasyim Asy’ari, kakek Gusdur, yang waktu itu masih
menjadi ustadz di pesantren Bangkalan Madura,
Kiyai Amin
Sepuh yang awalnya hanya nyantri di Pesantren Babakan Ciwaringin atas amanah
ayahandanya, Kiyai Irsyad, malah diamanahi oleh Kiyai Ismail yang saat itu jadi
pengasuh pesantren, untuk memimpin Pesantren Babakan Ciwaringin dan dinikahkan
dengan keponakan Kiyai Ismail.
KH. Amien Sepuh
menekuni Pesantren Babakan sebagai tempat pengabdiannya terhadap masyarakat
Islam khususnya. Setelah 25 tahun mengembangkan Pesantren Babakan, tahun
1940-an, yaitu pasca kemerdekaan, Beliau sekaligus berjuang bagi kemerdekaan
RI. Bahkan dalam perang 10 November Surabaya, para kiyai khos termasuk KH
Hasyim Asy’ari menunggu kabar dari KH Amin sepuh sebelum mengeluarkan Fatwa
Jihad.
Quote:
Diceritakan dalam sebuah majelis, almarhum KH. Abdul Mujib Ridlwan, Putra KH. Ridlwan Abdullah Pencipta lambang NU, mengajukan sebuah pertanyaan, “Kenapa Perlawanan Rakyat Surabaya itu terjadi 10 November 1945, kenapa tidak sehari atau dua hari sebelumnya padahal pada saat itu tentara dan rakyat sudah siap ?”
Diceritakan dalam sebuah majelis, almarhum KH. Abdul Mujib Ridlwan, Putra KH. Ridlwan Abdullah Pencipta lambang NU, mengajukan sebuah pertanyaan, “Kenapa Perlawanan Rakyat Surabaya itu terjadi 10 November 1945, kenapa tidak sehari atau dua hari sebelumnya padahal pada saat itu tentara dan rakyat sudah siap ?”
Melihat tak
satupun diantara yang hadir dalam majelis itu dapat menjawab, pertanyaan itu
dijawab sendiri oleh Kiai Mujib, “Jawabannya adalah saat itu belum diizinkan
Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari untuk memulai pertempuran, Mengapa tidak
diizinkan? ternyata Kiai Hasyim Asy’ari menunggu kekasih Allah dari Cirebon
yang akan datang menjaga Langit Surabaya, Beliau Adalah KH. ABBAS ABDUL JAMIL
dari pesantren buntet Cirebon dan KH. AMIN SEPUH dari Pesantren Babakan
Ciwaringin Cirebon.” KH. Amin Sepuh bersama beberapa anaknya, para Kiyai
Cirebon ( wil 3 Cirebon dan Jawa Barat) plus Ustadz, santri dan masyarakat
benar-benar berjuang ke surabaya, Jawa Timur. Bahkan kabarnya yang menembak
Jendral Mallaby dari Inggris yang di boncengi Belanda (NICA), adalah anak buah
KH. Amin Sepuh yang bernama Kiyai Sholeh yang wafat disana.
Pasca Revolusi
Kemerdekaan beliau dibantu adik iparnya sekaligus muridnya KH. Sanusi terus
mengembangkan Pesantren dengan berbagai aral melintang. Bahkan yang dahsyat
adalah ketika Agresi Belanda, tepatnya tahun 1952 Pondok Pesantren diserang
Belanda. Dikarenakan KH. Amin sepuh sebagai sesepuh cirebon merupakan pejuang
yang menentang penjajah. Pondok dibakar dan dikepung. Para santri pergi dan
para Pengasuh beserta keluarga mengungsi.
Dua tahun
kemudian, tahun 1954, KH. Sanusi yang masih salah satu murid KH. Amin Sepuh
adalah orang yang pertama kali datang dari pengungsiannya. Sisa-sisa kitab suci
berantakan, termasuk karya-karya KH. Amin Sepuh, habis dibakar, bangunan hancur
dan nampak angker. Semua itu secara bertahap dibereskan lagi.
Tahun 1955 KH.
Amin Sepuh kembali ke Babakan, kemudian para santri banyak berdatangan dari
berbagai pelosok. KH. Amin sepuh yang menjadi pengasuh Pondok Gede kembali
memberikan pelajaran-pelajaran agama kepada para santrinya yang makin lama
makin meluap. Pondok Raudhotut Tolhibin tidak dapat menampung para santri.
Hingga santrinya dititipkan dirumah-rumah ustadnya seperti KH. Hanan, dirumah
KH. Sanusi, dsb. hingga kelak anak cucunya membentuk dan mengembangkan
pesantren-pesantren seperti sekarang ini. Sehingga Pondok yang awalnya hanya
satu (Ponpes Raudlotut Tholibin) sekarang menjadi banyak.
Nama-nama asrama pesantren dimaksud adalah:
Komplek Babakan Utara, terdiri dari
Komplek Babakan Utara, terdiri dari
1.
Pondok
Pesantren Raudlatut Thalibin yang didirikan oleh KH Amin (saat ini diasuh oleh
KH Afif Zuhri Amin). Ini pesantren pertama di Babakan Ciwaringin.
Kemudian Asrama Fatimiyah Ma’hadul Ilmi/AFMI (saat ini diasuh oleh KH Maksum Mochtar).
Kemudian Asrama Fatimiyah Ma’hadul Ilmi/AFMI (saat ini diasuh oleh KH Maksum Mochtar).
2.
Pondok
Pesantren Asrarur Rafiah (KH Muhtadi Syarief)
3.
Pondok
Pesantren Al-Badar (saat ini diasuh oleh KH Tohari)
4.
Pondok
Pesantren Mahad at-Talim al-Baqiyah as-Salihah/MTBS (saat ini diasuh oleh
Ustadz Yusuf)
5.
Pondok
Pesantren Ma’hadul Ilmi (saat ini diasuh oleh Ustadz Hamzah Hariri)
6.
Pondok
Pesantren az-Ziyadah (saat ini diasuh KH. Asmawi)
7.
Pondok
Pesantren al Barakah (Didirikan oleh KH Syadzili)
Balai Pendidikan Pondok Putri/Bapenpori (saat ini diasuh oleh KH. Amin Fuad)
Balai Pendidikan Pondok Putri/Bapenpori (saat ini diasuh oleh KH. Amin Fuad)
8.
Pondok
Pesantren As-Sanusi (diasuh oleh KH Abdul Kohar)
9.
Pondok
Pesantren Dahlia (Ustadz Marzuki)
10. Pondok Pesantren As-Syuhada (Ustadz Toha Amin)
11. Pondok Pesantren As-Saadah (Ustadz Abdurrahman)
12. Pondok Pesantren Ikhwanul Muslimin/PPIM (saat ini diasuh oleh KH
Natsir)
13. Pondok Pesantren at-Taqwa (Ustadz Busyer)
14. Pondok Pesantren al-Munir (Ustadz Munir)
15. Pondok Pesantren al-Furqan (Ustadz Hasan)
16. Pondok Pesantren Al-Mustain (Ustadz Marzuki)
17. Pondok Pesantren Al-Faqih (didirikan oleh KH M. Thobiin).
Sementara Pesantren Babakan Selatan, terdiri dari:
1.
Pondok
Pesantren Miftahul Muta’allimin pesantren pertama di wilayah Selatan (Didirikan
oleh Kyai Mad Amin, saat ini diasuh oleh KH Syarief Hud Yahya)
2.
Pondok
Pesantren Assalafie (didirikan oleh KH Syaerozi, saat ini diasuh oleh KH Azka
Hammam Syaerozi dan KH Yasyif Maemun Syaerozi)
3.
Pondok
Pesantren Muallimin-Muallimat (didirikan oleh KH. Amin Halim, saat ini diasuh
oleh KH Zamzami Amin dan KH Marzuki Ahal)
4.
Pondok
Pesantren Assalam (diasuh oleh KH Mukhtasun)
5.
Pondok
Pesantren Kebon Jambu (didirikan oleh KH Muhammad, saat ini diasuh oleh Ustadz
Asror Muhammad)
6.
Pondok
Pesantren Raudlatul Banat (didirikan oleh KH Syarief Hud Yahya)
7.
Pondok
Pesantren Al Muntadhor (diasuh oleh KH Burhanuddin)
8.
Pondok
Pesantren Al Hikmah (diasuh oleh KH Nasihin Aziz)
9.
Pondok
Pesantren Hadiqah Usyaqil Quran/HUQ (Diasuh oleh KH Nurhadi Thayib)
10. Pondok Pesantren al Ikhlas (diasuh oleh KH Mukhlas)
11. Pondok Pesantren Asshalihah (didirikan oleh KH Hasan Palalo)
12. Pondok Pesantren al Huda (diasuh oleh Ustadz Rumli Muntab)
13. Pondok Pesantren Masyarikul Anwar (diasuh oleh KH Makhtum Hanan)
14. Pondok Pesantren Al Kamaliyah (diasuh oleh KH Tamam Kamali)
15. Pondok Pesantren Al Kautsar (KH Muhaimin)
Pada masa
pengasuhan KH. Amin Sepuh, Pondok Babakan Ciwaringin mencapai kemasyhuran dan
masa keemasan serta banyak andil dalam mencetak tokoh-tokoh agama yang handal,
hampir semua Kiyai sepuh di wilayah 3 Cirebon bahkan menyebar ke pelosok
Indonesia adalah muridnya, sebut saja Kang Ayip Muh (kota Cirebon), KH. Syakur
Yassin, KH. Abdullah Abbas (Buntet), KH Syukron Makmun, KH. Hannan, KH Sanusi,
KH.Machsuni (Kwitang), KH Hassanudin (Makassar), di Babakan sendiri beberapa
muridnya mendirikan pesantren seperti : KH. Muhtar, KH Syaerozi, KH. Amin
Halim, KH. Muhlas, KH Syarif Hud Yahya..dll.
KH. Amien Sepuh
wafat pada tahun pada tahun 1972 dan KH. Sanusi wafat pada tahun M.1974 M, dan
kepengurusan dilanjutkan oleh KH. Fathoni Amin sampai tahun 1986 M.
Setelah wafatnya KH. Fathoni Amin kepengurusan pesantren
dilanjutkan oleh KH. Bisri Amin ( wafat tahun 2000 M.) beserta KH. Fuad Amin (
wafat tahun 1997 M.) dan KH. Abdullah Amin ( wafat tahun 1999 M.) serta KH.
Amrin Hanan ( wafat tahun 2004 M.) dan KH. Azhari Amin (wafat tahun 2008 ) KH.
Drs. Zuhri Afif Amin wafat pada tahun 2010. setelah wafatnya KH. Drs Zuhri Afif
Amin, kepengurusan dilanjukan oleh cucu-cucu KH. Amin Sepuh dan Ulama serta
masyarakat yang berkompeten untuk kemajuan pesantren. Bahkan bukan pendidikan
agama saja yang mereka terapkan, pendidikan umumpun mereka terapkan terhadap
para santrinya. Dengan harapan, para santrinya dapat memenuhi semua
kewajibannya, baik kewajiban dunia maupun akhirat, serta menyelaraskannya
beriringan dan seimbang.
Komentar
Posting Komentar